Kamis, 03 Februari 2011

SMK BISA!!!!!

 Kepala Sekolah SMK N 3 Solok Selatan, SARMAN S,pd

Beliau di kenal luas sebagai sebagai seorang seniman (meski yang bersangkutan tidak merasa sebagai seniman-red). Banyak karya seni yang telah beliau hasilkan terutama karya-karya seni dibidang  interior dan eksterior, seperti taman, dekorasi dan tata ruang. Dengan aktivitas itu, beliau tidak hanya berhasil mengukir berbagai  prestasi, tapi juga mampu memperoleh kecukupan materi.
Namun semenjak tahun 1993, beliau justru memutar haluan menjadi seorang pendidik. Otomatis, aktivitas seni yang dilakoni selama ini nyaris tidak lagi dilakukan. Mengapa seorang seniman seperti beliau akhirnya berputar haluan dari seorang seniman menjadi seorang pendidik? Mengapa pula beliau bersedia meninggalkan aktivitas seninya yang mulai gemilang dan mengabdi di Solok Selatan yang merupakan daerah yang baru dimekarkan?
Berikut wawancara khusus yang dilakukan Didi Rosandi, Winarni, Muftiani dan Finanda Fitri dari tim Eksiss dengan Bapak Sarman, S.Pd, Rabu (3/11) di ruang kerja Kepsek SMK N 3 Solsel.
 
Bagaimana ceritanya itu pak, beralih dari dunia seni ke dunia pendidikan?

Wah ini agak panjang ceritanya ni…
Ketika bapak diwisuda di IKIP Padang tahun 1993, memang sempat terjadi perang batin pada diri bapak. Yakni antara memilih karir sebagai seniman atau menjadi seorang PNS. Waktu itu, jika bapak memilih sebagai PNS, peluang lulusnya sangat besar. Selain karena formasi PNS yang dibutuhkan terbesar dari jurusan bapak, Seni Rupa. Juga karena bapak sendiri merupakan wisudawan dengan peringkat terbaik.

Waktu itu, bapak putuskan untuk memilih berkeliling dulu menambah pengalaman dari orang-orang seni yang memiliki kreasi unik-unik. Pilihan ini didasari pada asumsi bahwa ternyata orang-orang yang memiliki bakat dan belajar seni secara otodidak ternyata memiliki kemampuan yang lebih baik dari orang-orang yang belajar secara akademis. Keinginan bapak waktu itu adalah ingin menggali pengalaman dan pengetahuan orang-orang seperti itu yang ada ‘diluaran’. Setelah diwisuda tahun 1993 itu, selama dua tahun bapak berkeliling ke berbagai tempat menggali ilmu dari seniman-aeniman berbakat di berbagai daerah. Mulai dari Palembang, Yokyakarta, Surabaya, Jambi, Lampung, Bandung, sampai akhirnya mentok di Bali.

Sepulang berkeliling, bapak kembali menggeluti bidang seni. Cukup banyak pekerjaan yang diberikan berbagai pihak pada bapak. Terutama menyangkut pembuatan taman dan patung. Bahkan di Sawahlunto, bapak pernah ditawarkan untuk bekerja di bagian tataruang dan tatakota. Beberapa pejabat yang saat ini jadi kepala daerah, ketika itu merupakan orang-orang cukup familiar dengan bidang kerja bapak, seperti bapak Syamsu Rahim yang saat ini Bupati Solok, tahun 1995 itu beliau masih Kasi Pembangunan di Sawahlunto.

Dari kerja seni ini, jelas ada reward berupa materi yang bapak peroleh, jumlahnya diwaktu itu lebih besar dari gaji sebagai PNS. Satu hari kerja, bapak bisa menghasilkan Rp200-300 ribu. Sementara Gaji PNS masih Rp250 ribu. Ini menjadi perang batin kedua bagi bapak dalam menentukan pilihan karir di tahun 1995.

Menjadi  pns sendiri, sebetulnya dimulai secara tidak sengaja. Ketika pendaftaran untuk PNS dibuka di tahun 1995, bapak sebetulnya tidak terlalu berambisi untuk ikut. Namun beberapa teman yang dekat dengan bapak, menyarankan untuk mencoba. Akhirnya bapak coba juga, meski tanpa persiapan apa-apa. Ternyata hasilnya bapak dinyatakan lulus.

Begitu dinyatakan lulus, bapak sendiri belum langsung menerima. Masih ada beberapa pertimbangan lain yang harus dipikirkan. Termasuk menyangkut kelajutan karir seni yang sudah bapak geluti.

Ketetapan hati menjadi PNS, bapak peroleh setelah merenungkan fungsi dan tugas sebagai guru. Dimana guru ini, dari segi materi memang jauh lebih kecil dibandingkan profesi lain. Namun dampak terhadap lingkungan dan masyarakat lebih besar. Dengan menjadi guru, bapak berharap bisa membagi ilmu bapak dengan anak didik. Jika ilmu itu nantinya dikembangkannya di luar, tentu pahalanya akan berlipat ganda. Pemikiran ini yang akhirnya membuat bapak memutuskan terjun sebagai pendidik.  Bapak menganggap ini sebagai panggilan jiwa bapak.

Setelah menjadi PNS, bagaimana bapak menyesuaikan diri?
 
Di awal-awal masa kerja bapak selaku PNS, tidak serta merta meninggalkan dunia seni. Masih banyak job-job sampingan yang bapak kerjakan. Masih menerima job pembuatan taman, mengerjakan gambar, lukisan dan lainnya.
Sedangkan untuk profesi guru sendiri, bagi bapak tentu bukan sesuatu yang lain karena bapak adalah tamatan IKIP yang setiap mahasiswanya dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik. Sebelum menjadi guru, bapak juga mengikuti proses  pendidikan guru. Bapak juga telah menjalani proses praktek mengajar ketika kuliah dulu.

Apa yang ingin bapak kembangkan di SMK 3 Solok Selatan ini?
 
Yang pastinya bapak ingin SMK ini lebih bisa mengembangkan potensi dari individu-individu yang ada di SMK 3 ini dan dengan ini bapak harap kan semua lapisan khusus nya siswa-siswi, guru-guru  dan semua STAF SMK 3 SOLSEL bisa ikut berperan serta dan sama-sama mendukung dan melaksanakan program-program yang telah kita buat untuk mewujudkan SMK 3 SOL-SEL yang lebih baik, berprestasi dan dapat bersaing di dunia industri. MOTO KITA: SMK BISAA!!!!!!!
Satu hal lagi yang perlu kita sadari adalah SMK 3 berada di Ibukota Kabupaten. Kita memiiki potensi sentral pembangunan pendidikan kejuruan ke depan di Solok Selatan. Hal ini tentunya mengharuskan kita untuk bisa bekerjasama dengan bebagai pihak, masyarakat sekitar, pemerintah kabupaten, dan pihak terkait lainnya. Dengan dukungan semua pihak itu, SMK 3 ini akan bisa berkembang dan maju.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber: Mading EKSISS SMK N 3 Solsel

Kegiatan Ekskul SMK N 3 Solsel (Pramuka)